Hai teman-teman pembaca! Sebelumnya, terimakasih karna telah menyempatkan diri untuk membaca tulisan ini. Entah karna memang tertarik, penasaran, lagi nyantai, gak ada kerjaan, gak sengaja nemu tulisan ini, dipaksa saya untuk baca, atau alasan sebagainya haha. Berhubung hari ini tanggal 21 April 2017, saya iseng ingin membahas masalah yang berkaitan dengan wanita. Daripada blog ini nganggur karena saya masih bingung mau post cerpen di sini atau engga (biasa, takut ada yang copas. masalah hak cipta dan plagiarisme akan selalu jadi hal yang rumit).
Di dalam tulisan ini, saya hanya ingin berpendapat soal statement yang rasanya udah gak asing lagi di telinga banyak orang. Yup! Statement bahwa "perempuan selalu benar". Di sini, saya berada di pihak kontra tapi kadang mengakui. Kenapa? Karena sejauh ini saya sering mengalah haha. Walaupun gak jarang, keluarga, saudara, dan teman laki-laki saya yang akhirnya mengalah. Kenapa saya ngalah? Karna saya termasuk orang yang malas untuk berdebat, kecuali mengenai masalah yang memang 'berpengaruh'.
Biasanya statement ini muncul ketika menyangkut masalah relationship. Rata-rata alasan laki-laki mengalah adalah; mengakui kalau memang salah, sayang, gak tega, malas debat, bucin (budak cinta). Tapi menurut saya, perempuan gak selalu harus diperlakukan seperti itu. Gak baik pak. Kalau perempuan sudah terbisa selalu dituruti keinginannya, selalu dibenarkan atas apa yang dia lakukan dan bicarakan, kasarnya sih 'iya in aja deh biar cepet', dia akan selalu menuntut dan bisa semakin menjadi-jadi-_-. Tapi bukan berarti saya menyarankan untuk kasar terhadap perempuan yaa. Karna saya juga perempuan bung! dikasarin tuh gak enak.
"JADI HARUS GIMANA?"
Perempuan itu diciptakan memang kodratnya lebih dominan perasaan dibanding logikanya. Logikanya memang jalan, tapi sering ketutup sama perasaannya. Maka dari itu, kalau keinginannya ditolak/ gak dipekain/ gak diperhatiin/ blablabla, kadang dia jadi sensitif. Jadi harus gimana? Perlakukan dia dengan lembut. Caranya?
1. Jangan biasakan menuruti keinginannya. Sesekali sih gak apa-apa malah bagus kan. Tapi setiap orang pasti punya batasan diri kan? Bapak-bapak sekalian pasti ada masanya kan gak jadi bucin? Jadi jangan biasakan diri memaksakan untuk menuruti keinginannya jika kalian tidak mampu.
2. Kasih pengertian dengan halus. Kan Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam. Tulang rusuk itu kan gak lurus. Jadi kalau dipaksakan lurus maka akan patah. Intinya, jangan memaksakan perempuan untuk tunduk/nurut dengan semua keinginan laki-laki. Bimbing dia jika dia salah, bukan menghakimi dan menyalahkan jika dia salah (kalo yang paham agama, pasti ngerti). Sama kaya point yang pertama. Kita sama-sama punya batasan diri kan? Nah.
3. "Gak gampang woy buat kaya gitu. Gak semudah teori-teori atau bacotan lu". Iya tau ko itu gak gampang. Tapi, menurut saya, akan lebih mudah kalau kita memang sudah siap dan paham betul. Pasti gak akan sempurna, karena kita semua belajar. Kalau merasa gak sanggup dengan itu, tandanya anda belum siap. Rata-rata orang berpikir "ah, ngapain nurut-nurut amat. toh dia belum jadi suami/istri gue". Tapi setelahnya dia akan ngomong,"kamu gak bisa ngerti apa ya udah dikasih tau juga. nurut dikit napa", "peka dikit napa, dibilangin jangan blablabla". LAAAAHHHHH????????? Menurut saya, itu tandanya anda sendiri belum siap untuk bisa saling mengerti (ciaaaahh).
Jadi, kalau kamu merasa gak perlu dengan semua itu (re: saling ngerti), gak usah lah pacaran. Daripada buang-buang waktu berusaha saling ngerti tapi ujung-ujungnya putus? *eh. Sementara, untuk masalah dalam rumah tangga, saya belum tahu rasanya karna saya belum pernah menjalani. Tapi, yang jelas adalah kalau orang itu ngerti agama, terlepas dari agama mana pun, saya yakin pasti setiap agama memiliki petunjuk/aturan sendiri dalam menjalani hidup ini. Misal untuk agama Islam, kita berpegang pada Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat paket komplit rules tentang semua ini.
Sebelum semakin panjang, intina adalah, masalah benar atau tidaknya statement "Perempuan Selalu Benar" atau "Perempuan Selalu Ngalah", itu kembali ke perspektif masing-masing individu atau kelompok. Sama halnya seperti berita, seorang jurnalis harus berpegang pada berita yang benar? Benar menurut siapa? Lagi-lagi kebenaran adalah hal yang tidak mutlak. Karena benar akan menjadi salah ketika dilihat dari perspektif yang berbeda. Karena itulah seorang jurnalis harus menyajikan berita secara utuh tanpa didasari kepentingan tertentu. Sekian tulisan saya yang terlanjur panjang hahaha. Terimakasih yang sudah membaca hingga selesai. Jika tulisan ini dirasa baik untuk dibaca, boleh dong dishare hehe.
Selamat Hari Kartini!💟
-R-
Uhuhu lucuuu
ReplyDeletelucu apanya kang? haha
Delete